Pentingnya Portofolio Untuk Freelancer

June 01, 2016 Admin 0 Comments




Seorang teman beberapa saat lalu bertanya dengan sedikit jengkel, "Kenapa saya tidak pernah lolos proyek (di website freelance)? Padahal penawaran saya bersaing,"
Lalu karena penasaran, saya mencoba mengintip cara penawarannya, dan akhirnya saya paham kenapa dia yang tergolong baru masih belum bisa bersaing dengan freelancer pro di luar sana, padahal dia cukup berbakat di bidang tersebut.

Para pencari freelance, atau pekerja lepas, biasanya terdiri dari dua tipe. Mereka membutuhkan pekerja dengan budget rendah dan satunya lagi karena ingin menemukan pihak yang tepat untuk proyeknya. Keduanya memang sama, tapi terkadang berbeda sasaran. Mereka yang menyasar budget akan memprioritaskan penawaran harga di poin lebih tinggi daripada kualitas. Sedangkan yang memang ingin menemukan pihak yang tepat, mereka akan meletakkan penawaran di poin lebih rendah dibandingkan kualitas. Namun, apa yang menyamakan keduaya? Mereka sama-sama ingin melihat sebatas mana skill yang dimiliki para penawarnya.

Baik yang mengutamakan budget atau yang mengutamakan kualitas pekerjaan, mereka akan sama-sama melihat yang terbaik. Tapi, mereka juga sadar, karena ada harga pasti ada barang. Biasanya para pro freelancer akan memasang penawaran lebih tinggi karena merasa percaya diri atas kualitasnya. Dan orang-orang baru selalu memasang harga lebih rendah. Lalu bagaimana agar para orang baru ini naik peringkat? Kuncinya di portofolio.

Membuat sebuah portofolio bagi para newbie memang bukan perkara gampang, tapi juga tak sesulit itu. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan di pekerjaan apa anda ingin berfokus. Ingat, meskipun freelancer bekerja bebas, tapi bukan berarti apa saja alias serabutan. Tentukan skill dan minat anda. Jika fotografi, ya ambil job fotografi. Jika menulis ya ambil job menulis. Hal ini akan memudahkan anda untuk membangun portofolio awal.

Para pro yang sudah lama juga bertahap, mereka akan membangun satu skill dulu dan baru membangun skill yang lain jika ada kesempatan. Banyak kesalahan yang dilakukan oleh para newbi dengan memasukkan semua kegemarannya, seperti fotografi, menulis, web programing, dsb. Sekilas terlihat wow, tapi juga sekaligus meragukan. 'Kenapa dia belum mendapatkan bintang jika memiliki banyak keahlian seperti ini? Dan mana portofolionya?' kira-kira seperti ini yang akan menjadi pertanyaan para pencari.

Setelah menemukan skill yang paling mumpuni (ingat, bukan disenangi terlebih dahulu, tapi paling dikuasai terlebih dahulu) buat sebuah blog yang mudah di akses sebagai sebuah portofolio dan bedakan ini dengan blog pribadi. Buat seprofesional mungkin dan semudah mungkin untuk diakses. Sesuaikan isi dan tampilan dengan skill yang ingin anda tunjukkan. Jika memang anda bergerak di bidang fotografi, buat banyak profil hasil kerja anda secara detail dalam blog. Jika anda belum pernah mendapatkan job yang bisa dimasukkan, maka jadilah relawan.

Contohnya, anda ingin membangun wedding fotografi tapi karena masih baru, anda masih belum memiliki hasil kerja. Carilah pernikahan para kerabat anda dan jadilah relawan untuk seluruh proses dokumentasinya. Namaya relawan, dibayar bersyukur, tak dibayar it's ok. Toh anda sudah punya satu hasil kerja yang bisa dijadikan bahan referensi. Ingat, membangun usaha juga membutuhkan modal. Dan ini bisa jadi salah satu modal anda. Untuk fotografi, karena menyangkut gambar, usahakan anda mengatongi ijin untuk mempublishnya.

Jika ingin bergelut dengan bidang tulis menulis, buat blog yang menunjukkan kemampuan anda. Blog bagi penulis yang baik biasanya adalah dengan memiliki banyak contoh tulisan di banyak bidang. Buat menu untuk setiap bidang penulisan seperti contohnya kesehatan, traveling, food and beverage, fashion, dan sebagainya. Ingat, buat yang sudah anda kuasai karena jika anda memasang topik yang tidak familiar, anda akan mati kutu di belakang. 1-2 artikel memang tidak masalah, toh anda bisa re-write dari artikel lain. Tapi jika sehari membutuhkan sekitar 10 artikel atau lebih, jadi runyam masalahnya.

Keunggulan, dan mungkin bisa jadi kelemahan, freelancer di bidang tulis menulis adalah harus menyesuaikan portofolio dengan job yang di apply. Jika topik yang diinginkan para pencari tidak ada, anda bisa membuatnya terlebih dahulu, baru apply. Tapi ingat poin kemampuan ya, pertimbangkan hal tersebut juga.

Sedangkan untuk para freelancer yang bergerak di bidang seperti data entry, dan hal lain yang mengutamaka proses, testimoni adalah yang paling cocok dijadikan senjata. Mintalah ulasan kerja ada pada pihak yang sebelumnya mempekerjakan anda. Tapi jika ini adalah bidang baru yang anda tekuni, lagi-lagi jadilah relawan.

Untuk data entry, buatlah ulasan artikel yang dapat menunjukkan anda mumpuni di bidang tersebut. Contohnya adalah artikel di topik keuangan seperti bagaimana cara menentukan nilai dari perusahaan atau mungkin ulasan memanfaatkan excel, beberapa google feature seperti docs, dan lain sebagainya. Ini akan menunjukkan bahwa anda memahami penggunakan media untuk data entry tersebut.

Tulisan ini murni dibangun dari pengalaman pribadi. Jika ada hal yang tidak sesuai bisa langsung ditambahkan di komentar agar dapat menjadi pelajaran bagi para freelancer lainnya. Karena, setiap orang pasti memiliki cara berbeda untuk membangun dirinya, terutama di bidang yang sepertinya masih dianggap sebelah mata ini.


Sekadar cerita dari teman :

"Kamu sekarang kerja dimana?" seseorang bertanya dengan sumringah, biasanya keluarga jauh yang hanya bertemu sesekali.
"Saya kerja freelance sekarang," jawab sambil tersenyum juga.
"Oh, masih cari-cari kerja ya," dengan senyum yang berubah sedikit mengejek. Freelancer yang ditanya hanya bisa garuk-garuk kepala karena dianggap menganggur. Padahal dia adalah seorang content writer untuk blog-blog baru yang bisa mengerjakan 3-4 proyek dalam satu bulan dengan nilai masing masing antara 1,5 jt - 3 jt. Dan paling menyenangkan, dia mengejakanya di berbagai tempat yang berbeda, proyek pertama di ubud bali, kedua di jogja, dan ketiga yang membuat orang terbelalak tak percaya adalah di Bangkok. Well done.

Ternyata kategori bekerja di Indonesia masih berkutat pada profesi seperti guru, pns, dokter, dsb. atau karyawan di perusahaan A, B, C. Sedangka penulis, content writer, data entry, atau fotografer yang tak bernaung di sebuah nama perusahaan alias freelancer menjadi pengangguran banyak acara. Sedih ya .... but it's ok.