Tentang K-Popers dan Perang Cuitannya
Posting siangini bukan karena ingin menarik perhatian reviewer adsense untuk menerima blog saya, tapi lebih pada berita di halaman utama salah satu web terkemuka penyedia jasa email. Yup, ini berhubungan dengan berita seorang jebolan Stand Up Comedy yang sedikit mengomentari tentang para fans idol Korea atau biasa kita kenal dengan K-Popers.
Ah, menulis pengalaman ini sebenarnya sedikit menakutkan karena lebih berorientasi pada pendapat pribadi karena memang inilah pengalaman pribadi. Jangan tersinggung ya K-Popers yang katanya si komedian nangis-nangis saat nonton konser, saya dulu juga fanatik terhadap k-pop. Sekitar awal masuk kuliah dimana ternyata saya benar-benar cupu waktu itu dibandingkan teman saya yang semua hardisk nya sudah terisi dengan video, lagu, MV, drama korea, dan lain sebagainya. Just all about Korea.
Tapi tenang, sekarang mungkin karena bertambahnya usia, kefanatikan itu akan mereda dan kalian akan lebih melihat sesuatu dari kualitasnya. Boro-boro saya tahu dengan kualitas musik, lihat konser bukan lagu dan performa suara yang jadi pusat perhatian tapi lebih pada muka dan apapun yang mereka lakukan di panggung. Tapi dulu untungnya saya belum masuk ke salah satu k-popers yang nangis-nangis saat nonton konser. (Tapi nangis sah-sah saja kok karena saya juga hampir nangis karena tiket vip saya bermasalah saat ingin menonton konser TT.TT)
Di negara nya sana, teman-teman pecinta k-pop juga masih banyak kok yang agak labil yang biasanya kami identikkan dengan mereka yang suka adu comment di website atau membuat kerusuhan pada saat konser. Ternyata nggak hanya cowok saja yang bisa bikin kerusuhan di konser, cewek-cewek cantik juga.
Setelah melalang buana dari dunia k-pop selama kurang lebih 5 tahun dan terbutakan dengan paras-paras tampan akhirnya saya secara tidak sadar mulai mengubah jalur pikiran tentag mana lagu yang saya sukai. Bukan lagi karena penyanyinya, namun lebih karena kualitas musiknya.
Ahirnya teman saya mulai bercerita bahwa saat ini k-pop fanatik di Korea dan mungkin juga negara lainnya termasuk Indonesia lebih mengarah pada remaja muda dibawah usia 23. Biasanya mereka yang sangat fanatik adalah usia muda sekitar SMA atau awal kuliah. Sedangkan seperti saya dan teman saya yang berumur hampir seperempat abad akan lebih menghargai musik tanpa melihat siapa penyanyinya apalagi mukanya. Dan ini terjadi tanpa kita sadari. (Tolong baca buku psikologi untuk membaca penjelasan tentang pola pikir berdasarkan usia).
Poinnya disini yang ingin saya katakan adalah it's ok kalau kalian sangat fanatik dan bilang fans berat dengan salah satu boyband-boyband itu karena Jack Ma sendiri bilangkan, mumpung masih muda enjoy the show. Namun yang ingin saya tekankan adalah perhatika batas. Kapan kalian bisa menikmatinya, sefanatik apa, dan perhatikan sikap kalian juga. Kritik akan selalu masuk pada idola kalian atau kalian sendiri, tapi menerima dan tersenyum membacanya sepertinya akan lebih baik daripada balas-balasan komen dengan kata-kata pedas bukan? Toh nanti kalian akan mengalami fase tertawa sendiri kenapa kalian melakukan hal ini sekarang sama seperti saya.
Dan untuk para kritikus, oh ayolah, apakah tidak ada kritikan lain yang bisa dilemparkan kecuali cuitan gila seperti yang komedian utarakan 'lebih baik lihat cewek seksi mabok di pub daripada hijabers nangis di konser k-pop'?. Kenapa tak kritik langsung penampilan mereka agar ada diskusi yang sehat. Melucu yang sehat akan lebih bermanfaat kok.
Jadi, yuk berdamai dan jangan sampai saling benci karena kritikan tak membangun. Ingat ya, setiap orang berbeda dan tak selalu sama dengan pikiran kita sendiri. Jadi akan lebih baik jika kita berlaku sopan dalam berkata atau lebih tepatnya berfikir dulu sebelum berucap (menulis).
Peace ...