Samcheongdong, Jalanan Romantis dari Semua Dunia
Musim panas terasa begitu menyengat pagi ini. Namun, tak seperti pagi di satu minggu terakhir yang diiringi gerimis, pagi ini matahari benar-benar bersinar cerah. Hari Sabtu di Korea sepertinya tak berbeda jauh dengan Indonesia. Ya, pagi ini jalanan terasa lenggang padahal jam telah menunjukkan pukul 10 pagi. Aroma kopi dan waffle menyeruak menusuk hidung saat seorang teman dengan senyum sumringahnya membawakan sarapan pagi ini. Ya, seorang asli Korea yang pagi ini menjadi relawan untuk berperan sebagai guide tour akhir pekan di Samcheongdong. Dengan menaiki kereta bawah tanah, kami berangkat menuju stasiun Anguk di daerah Bukchon.
Sebelum memulai tour, information office menjadi tempat utama untuk dikunjungi. Inilah yang menjadi salah satu keunikan wisata di Korea. Untuk tempat-tempat terkenal seperti Insadong, Myeongdong, dan lainnya terdapat information office yang biasanya di tuju untuk megetahui rute mana yang terbaik yang dapat kita lalui. Dari Information office ini kita mendapatkan rute menarik menuju Samcheongdong, yaitu melewati kawasan perumahan tradisional Korea di Bukchon.
Sebelum memasuki rute, kami berjalan sebentar menuju jajanan tradisional Korea yang bahkan tidak pernah terdengar sebelumnya. Heottok, makanan yang menyerupai pancake yang biasanya telah diisi dengan madu ini terasa lezat disantap bersama. Harga yang murah meriah yaitu 1000 won per buah serta kesempatan melihat pembuatannya membuat tempat yang lokasinya jauh di dalam gang ini selalu di cari. Tidak seperti tempat lain yang hanya menyediakan heottok dengan isian manis, di tempat ini terdapat juga isian sayur yang juga terasa nikmat.
source : google
Sambil memakan heottok, pernahkan kalian melihat drama Korea berjudul Personal Taste? Ya, di salah satu rumah inilah penampakan luarnya yang dipakai sebagai latar atau setting tempat. Sedangkan keadaan dalamnya berada di studio. Kawasan Bukchon merupakan kawasan yang bangunan rumahnya mayoritas bergaya tradisional Korea atau biasa disebut hanok. Di daerah ini tak hanya tempat tinggal pribadi, namun juga beberapa public residence yang dibuka untuk umum seperti guest house atau galeri. Untuk sebuah guest house mungkin telah biasa, namun untuk sebuah galeri, rumah-rumah ini sengaja dibuka bagi para turis yang ingin melihat secara lebih dekat serta merasakan seperti apa sebenarnya rumah tradisional Korea itu. Namun, tentu saja hal tersebut hanya untuk mereka yang telah melakukan reservasi sebelumnya dan menurut kabar itu harus dilakukan jauh-jauh hari.
source : my camera
Di jalanan Bukchon kita bisa mendapatkan best view dari Seoul Tower. Di salah satu jalan utama yang menanjak, Seoul Tower menjadi pusat pemandangan (centered view). Selain itu, lokasi yang tinggi memungkinkan kita melihat Seoul secara keseluruhan dari atas secara lebih dekat. Hal ini berbeda dengan ketika kita berada di Namsan Tower yang hanya dapat melihat secara luas dari kejauhan. Tempat lain yang kami temukan adalah galeri cinderamata di salah satu rute jalan. Di tempat ini kita bisa menemukan barang-barang seperti kartu pos yang bisa kita buat sendiri, kerajinan tangan seperti keramik dan hiasan rambut sampai miniatur boneka-boneka Korea yang tengah memakai pakaian tradisional Korea (hanbok). Bagi pecinta fotografi, lokasi di depan toko ini menjadi best place untuk mengambil gambar pemandangan Seoul dari atas. Bahkan Blue House (sebutan untuk gedung pemerintahan layaknya White House di Amerika Serikat) terlihat dengan jelas dari sini.
Setelah kurang lebih 2 jam melalui Bukchon, kami menuruni jalanan dengan tangga kecil yang langsung mengarah ke jalanan romantis Samcheongdong. Melalui jalanan ini awalnya terasa biasa seperti jalan lainnya. Namun, setelah memasuki gang-gang yang menyembunyikan ciri khas masing-masing barulah kita mengerti kenapa Samcheongdong dianggap sebagai jalanan romantis dari berbagai belahan dunia. Persepsi ini muncul karena desain eksterior serta interior café maupun toko di sekitar jalanan mencerminkan khas dari negara-negara di Eropa, Asia, Amerika, dan lainnya. Bahkan banyak sekali café yang khusus menyediakan makanan khas Perancis, Amerika, Eropa, Afrika, dan lain sebagainya, sehingga berjalan di jalanan ini membuat kita merasa berada di negara-negara yang menjadi cerminannya.
source : my camera
Tak melepaskan kekaguman dari setiap inci jalanan dan suasananya, kami menikmati dua makanan khas Korea sebagai menu makan siang. Bibimbap dan Patbingsoo. Tempat pertama dalah rumah makan menarik bernama Kitchen. Rumah makan berlantai dua yang terletak di gang ke dua Samcheongdong ini merupakan tempat makan khusus bibimbap, mandu buatan tangan, dan gyojol guksu. Tempat ini menjadi sangat terkenal dan selalu penuh didatangi masyarakat lokal karena kenikmatan bibimbanya. Sehingga tidak heran jika di luar restoran terdapat banyak orang yang menunggu kursi kosong.
source : google
Mengantri menunggu restoran favorit buka atau menunggu kursi kosong di sebuah restoran bukanlah hal aneh disini. Demi mendapatkan apa yang diinginkan lidah dan perut, orang rela mengantri untuk berganti tempat dengan mereka yang telah menyelesaikan makannya. Sama seperti di Kitchen, perjalanan kami mendapatkan patbingsoo pun harus didahului mengantri selama 15 menit dulu. Di sebuah rumah tradisional yang telah disulap menjadi kedai patbingsoo, kami para pelanggan setia menunggu giliran.
source : google
Patbingsoo merupakan sebuah es serut kacang merah khas korea. Pada awalnya es ini hanya memiliki pilihan kacang merah, namun seiring perkembangan ide, banyak buah yang menjadi pilihan rasa, salah satunya strawberry. Di tempat ini harga untuk sejenis es serut sedikit mahal yaitu 8000 won untuk segelas es serut kacang merah, strawberry, ataupun campur. Namun setelah merasakan rasanya dan melihat porsinya yang memuaskan, sepertinya harga tersebut sebanding. Terutama di tengah musim panas ini, patbingsoo yang terletak di Samcheongdong menjadi tempat wajib untuk dikunjungi.
Tour akhir minggu hampir selesai setelah kita memutuskan untuk mampir sebentar ke toko buku di dekat stasiun Gyeongbokgung. Toko buku yang lumayan besar ini sangat ramai dikunjungi di liburan musim panas seperti ini, dan kamipun mengakhiri perjalanan hari ini setelah membeli buku favorit kami, traveling book. Untuk cerita selanjutnya, ini akan bercerita tentang Rodeo Street yang menjadi pusat para idola beserta fans K-Pop berkumpul. Ya, Apgujeong dengan kemewahan deretan toko bermereknya dan meriahnya gedung entertainment artis oleh para fans serta manisnya café-café cantik yang menjadi tempat yang tepat untuk bercengkrama dengan kopi hangat di depan kita. So, don’t miss the next story.
My Camera Shoot